Mengikat makna tentang kreatif
Kelas Bunda sayang IIP kembali
dimulai, dengan format baru yang tentunya lebih kreatif dan menantang. Dalam
cawu ketiga ini tugas pertama bukan hanya meyetorkan hasil pengamatan dan
keterlibatan para bunda dalam proses kreativitas saja, tetapi diawali dengan
pemahaman mengenai makna kreatif dan bagaimana kreativitas itu hadir di tengah
keluarga masing-masing.
Makna kreatif
Sebelum lebih jauh memahami makna
kreatif ada baiknya kita melihat makna kreatif terlebih dahulu. Dalam kamus
besar bahasa Indonesia kreatif diartikan sebagai kreatif/kre·a·tif/ /krĂ©atif/ a 1 memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk
menciptakan; 2 bersifat (mengandung) daya cipta: pekerjaan yang -- menghendaki kecerdasan dan
imajinasi;.Dari pengertian ini menurut saya kata kunci yang
tepat untuk menjelaskan hal tersebut adalah daya cipta. Daya cipta disini
adalah mencakup semua aspek bukan hanya sesuatu yang konkrit semata.
Referensi kreatif
Ada banyak referensi yang
menjelaskan tentang apa dan bagaimana makna kreatif, sebelum lebih jauh membah
salah satu referensi yang paling penting dijadikan sebagai rujukan adalah Al
Qur’an. Di dalam konsep Islam kreatifitas adalah sebuah keniscayaan dan fitrah
manusia, karena Allah SWT memerintahkan manusia untuk mempergunakan akalnya
sedangkan akal adalah sumber kreativitas. “Demikianlah, Alah menerangkan
kepadamu ayat-ayat –Nya, agar kamu berpikir” (QS. Al Baqarah : 219). Dari
proses kreatif lahirlah sesuatu yang baru, yang berbeda dan unik dari yang ada
sebelumnya, dan tentu saja perubahan
yang dimaksudkan adalah perubahan yang lebih baik. Lahirnya sesuatu yang baru
dari proses kreatif merupakan peubahan yang sama seperti diisyaratkan dalam Al
Quran surah Ar-Rad :11 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum
kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang ada dalam diri mereka.” Jadi stigma yang mengatakan bahwa agama
menghalangi proses kreatifitas manusia tidaklah sepenuhnya benar. Salah satu
referensi yang menurut saya baik untuk dibaca mengenai Islam dan kreatifitas
dapat diakses pada http://muhamadqbl.blogspot.co.id/2013/05/islam-dan-kreativitas-belajar_9.html
Kreatifitas pada orang dewasa
sangat ditentukan oleh FOR (Frame of Refference) dan FOE (Frame of Experience), ini menjadi hal
yang sangat penting ketika saya akan mendidik anak utamanya dalam sisi
kreatifitas. Kenapa? Karena seperti kata Kreshna Adhitya dalam slidenya bahwa
seringkali orang tualah yang mematikan kreativitas anak. Banyak melarang karena
terlalu protektif atau karena tidak ingin repot dengan akibat proses kreatif
yang dilakukan anak-anak.
Diskusi tentang kreatifitas pun
berkembang dalam kelas Bunda Sayang, dalam diskusi ini Ibu Septi menghadirkan
infografis tentang kreatif.
1. Ubah
fokus dan geser sudut pandang
Seringkali orang
tua melihat sesuatu hanya dari satu titik, latar belakang setiap orang tua yang
berbeda-beda dan seringkali kekurangan waktu menjadi penyebab akan hal ini.
2. Don’t
Assume
Terlalu cepat
menilai dan menghakimi seringkali menghambat kreatifitas anak, karena
menyimpulkan sesuatu dengan mudah dan cenderung negatif terkadang membuat orang
tua terlalu sering melarang anak.
3. Outside
The Box Thinking
Pola pendidikan
dan pengalaman hidup yang didapatkan orang tua, seringkali membuat salah dalam
menilai anak. Menggunakan kaca mata hitam yang sama untuk melihat laut dan
gunung membuat pandangan kita tetap gelap tidak berbeda. Hal yang sama juga
terjadi ketika kita melihat proses aktifitas anak dari pengalaman dan kaca mata
kita yang jelas –jelas sudah tidak relevan.
Dari ketiga hal
diatas dapat disimpulkan bahwa proses kreativitas utamanya pada anak-anak menjadi tanggung jawab orang tua
dengan garis besar sebagai berikut :
Kreatfitas dalam rumah saya
Saya dan pak suami berbeda latar
belakang yang cukup banyak, mulai dari berbeda suku, perbadaan umur yang cukup
jauh serta disiplin ilmu yang berbeda. Selama ini kami cukup jatuh bangun
mendidik dan membersamai anak sembari menyamakan frekwensi.
Terkadang saya lebih longgar
dalam melarang, karena sejauh ini pemahaman saya jika anak terlalu banyak
dilarang maka akan mematikan potensinya. Sedangkan untuk suami saya lebih sering
melarang pada anak-anak. Ilmu kreatiftas saya masih jauh sangat kurang, apalagi
saya juga termasuk orang yang tidak kreatif. Ada beberapa hal yang harus kami
perbaiki dalam hal ini, antara lain:
- Menyamakan frekwensi dalam
pengasuhan
- Menyediakan sarana belajar yang
banyak dan beragam
- Tidak terburu-buru dalam menyimpulkan sesuatu
- Memberikan lebih banyak waktu
dalam mendampingi proses kreativitas anak-anak.
Wallahu a’lam bisshawab.
“ Anak-anak
secara fitrah sudah lahir kreatif, kitalah yang harus mengubah diri agar layak
mendampingi para creator di jamannya nanti” -bu septi-
#kelas bunda sayang
#InstitutIbuProfesional
#ThinkCreative
Sumber:
·
Al_Qur’an
·
https://kbbi.web.id/kreatif
·
Ibu Septi Peni Wulandani. 30 Oktober 2017. Diskusi Materi
Kreativitas. WA Grup Bunda Sayang Koordinator.
0 komentar:
Post a Comment