Materi NHW3 kali ini adalah Membangun peradaban dari rumah, judul yang menurut saya mengandung makna yang begitu besar, berat dan mulia, untuk dijalankan oleh dua orang manusia yang baru saja menapaki rumah tangga.
Namun begitu menurut narasumber Ibu Septi Peni bahwa “ Rumah adalah taman
dan gerbang peradaban yang mengantarkan anggota keluarganya menuju peran peradabannya ”
Wow saya dan suami belum sampai ke pemahaman setinggi ini, bagi kami mengantarkan keluarga dan anak-anak selamat dunia akhirat itu adalah yang utama. Kami berdua masih dalam tahap merumuskan visi dan misi keluarga yang belum juga kelar (Hehehehehe)
Baiklah,....
Dalam upaya bersungguh-sungguh membangun peradaban manusia, khususnya mendidik anak-anak maka berkiut tugas #NHW3 saya :D
A. Jatuh cintalah kembali kepada suami anda,
buatlah surat cinta yang menjadikan anda memiliki "alasan kuat" bahwa
dia layak menjadi ayah bagi anak-anak anda. Berikan kepadanya dan lihatlah
respon dari suami.
Surat cinta yang
saya buat saya kirim via WA, suratnya sengaja saya buat dini hari biar bisa
konsentrasi dan menuliskan uneg-uneg heheheh.
Paginya suami
saya membaca surat cinta yang saya kirim dan reaksi pertama dari suami saya
adalah : “tulis apa sih itu pake Dar Dear” :D ahahahaha!!!!
Ternyata surat
yang saya kirim meskipun tidak pake tagar tetap saja yang terbaca adalah Dear
nya saja J.
Setelah itu baru
ada sedikit diskusi dengan suami saya tentang keinginan dan cita-cita saya
terhadap keluarga kami, Alhamdulillah ada sedikit respon dan kesimpulan kecil.
Yang pasti
keinginan suami dan saya adalah membawa keluarga kami ke syurga, meskipun visi
dan misi keluarga kami masih mencari bentuk dan masih berproses.
B.Lihatlah anak-anak
anda, tuliskan potensi kekuatan diri mereka masing-masing.
Anak saya Airish Hayatunnufus
Azzakiah umurnya baru 1y2m… kondisi yang paling membuat saya sedih tentangnya
untuk saat ini adalah, saya harus meninggalkan dia untuk bekerja, sementara
saya titip di rumah dengan pengasuh. Dari diskusi panjang dan literatur serta
pengalaman Ibu-ibu bekerja, kemuliaan keluarga memang bukan terletak pada
bekerja atau tidak bekerjanya seorang Ibu di ranag publik, namun demikian
keinginan saya untuk resign dan mendampingi serta mendidik anak saya secara
langsung masih menjadi kegalauan yang terus saja menghantui saya.(Jiahhhhh jadi
Curhat :D)
Meski demikian perkembangan
Airish Alhamdulillah masih dapat saya pantau, dengan pedoman yang pernah
dibagikan Ibu Septi paga Grup Matrikulasi maka berikut adalah perkembangan
Airish di tahun kedua kehidupannya.
c. Lihatlah diri anda, silakan cari kekuatan potensi diri
anda. kemudian tengok kembali anak dan suami, silakan baca kehendak Allah,
memgapa anda dihadirkan di tengah-tengah keluarga seperti ini dengan bekal
kekuatan potensi yg anda miliki.
Potensi diri :
Saya adalah anak sulung dari 5
bersaudara , sejak lulus SMA Bapak saya sudah pension, Alhamdulillah ibu saya
adalah seorang guru PNS, sehingga saya masih sanggup dikuliahkan oleh Ibu saya,
Kondisi Ekonomi keluarga dengan 5 orang anak, pada saat itu mengalami pasang
surut, tapi lebih banyak surutnya hehehehe.
Kondisi saya yang anak sulung
pada saat itu mau tidak mau dengan sendirinya terbentuk menjadi pribadi yang
keras, kaku dan sensitif, hal ini melatarbelakangi sikap saya yang kadang
menjadi begitu kaku. Segera bekerja dan mendapat uang untuk membantu orang tua
adalah target terdekat setelah kuliah, sehingga saya menjadi workaholic dan
bekerja keras, serta mau mengorbankan apa saja demi keluarga utamanya Ibu.
Potensi Suami:
Suami adalah seorang laki laki
yang cukup toleran, beliau sering membantu pekerjaan rumah, tipe konseptor dan
senang merancang masa depan, meskipun saat ini masih sulit dalam menetapkan
visi dan misi keluarga.
Kondisi keluarga saat ini:
Kondisi tersebut saat ini kembali
menjadi ujian saya, suami saya orang Jawa rela meninggalkan pekerjaan dan
kehidupannya demi hijrah ke kota Saya, mencari pekerjaan tetap di Kota saya
tidak mudah dilakukan selama 2 tahun kami berkeluarga untuk sementara rezeki
keluarga masih dititpkan lewat saya.
Mungkin Allah memberikan kondisi
yang berulang kepada keluarga saya, agar saya dan suami bisa mengasah dan
memperbaiki akhlak saya yang lain, mengembalikan fitrah kami yang tentu saja
masih banyak yang ketinggalan dan perlu untuk
dimaksimalkan, sehingga kedepannya untuk membentuk fitrah anak bisa
lebih mudah.
d. Lihat lingkungan dimana anda tinggal saat ini, tantangan
apa saja yang ada di depan anda? adakah anda menangkap maksud Allah, mengapa
keluarga anda dihadirkan disini?
Saat ini kami masih tinggal dengan orang tua dan
saudara-saudara, tantangan didepan mata adalah bagaimana untuk sementara kami
hidup dengan menerapkan toleransi yang tinggi, baik kami sebagai pribadi,
sebagai individu dan sebagai keluarga.
Ada beberapa
nilai-nilai yang sebenarnya menjadi pakem keluarga kecil kami harus diturunkan
standarnya, sehingga kehidupan keluarga kami bisa berjalan dengan baik.
Semoga dilingkungan baru kami nanti, kami dapat menerapkan
nilai-nilai yang telah kami sepakati, dan dapat berkembang ke komunitas yang
lebih luas, sejalan dengan misi awal keluarga kami yaitu bermanfaat bagi
masyarakat sekitar J
#NHW3 #IIPSulSel
Makassar 4/11/2016
Nur Hadijah Yunianti :D